Ketika Strategi Ban F1 Menginspirasi Praktik Manajemen

Gambar: generated by AI

“Without data, you’re just another person with an opinion.” ~ W. Edwards Deming

Race ke-6 GP Miami baru saja digelar. Begitu serunya Duo McLaren vs Verstappen. Kondisi begitu balapan begitu menantang, bahkan saat sprint race driver sekelas Charles Leclerc dari Tim Scuderia Ferrari HP mengalami kecelakaan dengan kondisi wet track.

Terkait cuaca, tidak berbeda saat GP Melbourne pada race pertama tahun 2025. Gelaran di Albert Park Circuit ini bahkan memakan banyak “korban” para rookies yang tahun 2025 ini resmi menjadi driver F1, sehingga tidak dapat melanjutkan lomba. Mereka adalah Liam Lawson, Gabriel Bortoleto, Jack Doohan, dan Isack Hadjar.

Pada GP tersebut strategi penggantian ban menjadi luar biasa, karena perubahan cuaca antara panas dan kering sungguh sangat cepat.

Penulis yang pernah tinggal dan belajar di kota Melbourne memang mengakui fenomena tersebut. Sehingga ramalan cuaca menjadi sesuatu yang “wajib” dicek sebelum melakukan perjalanan.

Bicara ramalan cuaca, sungguh menarik saat menonton live streaming GP Melbourne tersebut. Camera berulang kali menayangkan bagaimana reaksi teknisi yang khusus mengamati cuaca melalui radar secara live berkomunikasi dengan driver F1 kapan datang waktunya hujan dan saat itu strategi ban dijalankan.

Bagi saya, yang dulu pernah menggemari F1 era Senna dan Schumacher – lalu update lagi di 1,2 tahun terakhir – begitu takjub dengan teknologi yang mereka pakai yang berkorelasi langsung dengan strategi balapan untuk meraih kemenangan.

Bagi Anda yang mengikuti catatan perjalanan manajemen saya, tentu momen strategi penggantian ban ini pasti bisa dikorelasikan dengan praktik manajemen. Oelh karena itu, jangan kemana-mana ya simak terus tulisan saya.

Jangan lupa, seduh cokelat panasnya dan nikmati di hujan gerimis di sore hari :).

GP F1 di Melbourne 2025 menyimpan lesson learning bukan hanya bagi penggemar fanatiknya tapi juga bagi pelaku organisasi.

Di balik gegap gempita setiap pagelarannya serta perbaikan kontinyu dari event sebelumnya, ada strategi pemilhan ban saat race yang merupakan elemen penting.

Selama pertandingan berlangsung, para teknisi F1 mengamati kondisi ban dan memastikan jenis kondisi ban yang digunakan.

Dalam kaitannya dengan cuaca, setiap tim F1 memiliki teknisi yang mengamati cuaca secara live. Informasi yang didapat akan menentukan jenis ban apa yang tepat. Bahkan, penulis perhatikan teknisi ini memprediksi berapa menit lagi hujan akan datang dan pada putaran ke berapa mobil F1 harus segera masuk pit stop.

Lalu, bagaimana hubungan teknisi cuaca dan strategi ban di balapan F1 bisa menjadi pelajaran penting dalam organisasi.

Anda sedang berada di blog yang tepat.

Keputusan diambil berdasarkan data real time
Layaknya tim F1 yang memutuskan penggunaan jenis ban berdasarkan data yang ada, organisasi pun melakukan hal yang sama.

Keputusan demi keputusan dibuat berdasarkan data yang akurat dan update. Misalnya ketika organisasi akan menambah jumlah volume produksi, tentunya dukungan data terkimi terkait kenaikan kebutuhan pelanggan, kapasitas produksi, dan kemampuan distribusi menjadi hal yang sangat penting.

Identifikasi risiko
Melalui pengamatan cuaca secara langsung, teknisi bisa memperkiraan turunnya hujan, bahkan dalam hitungan menit yang akurat. Hal ini memberikan pelajaran bahwa organisasi bila melakukan identifikasi risiko harus dilakukan secara tepat.
Menjadi hal penting juga adalah bukan hanya reaktif tapi mengambil posisi proaktif.

Potensi risiko diidentifikasi dengan gejala-gejala yang muncul baik saat itu maupun pengalaman event sebelumnya. Pelaku organisasi peka terhadap sinyal-sinyal kecil seperti awan mendung dan melakukan antisipasi sebelum badai datang.

Adaptif dan Lincah
Para personil pit stop segera ancang-ancang untuk mempersiapkan ban yang cocok sesuai dengan pembahasan tim teknis. Ketika tim teknis menyampaikan perlunya ban untuk track basah, tim segera mempersiapkan segala sesuatunya.

Adaptif dan Kelincahan diperlukan organisasi dalam situasi VUCA seperti ini. Pemantau cuaca atau dalam hal ini business intellegence tentu mempunyai peran yang sangat penting. Kecepatan dan ketepatan menjadi krusial sehingga tidak ketinggalan momen.

Kolaborasi Lintas Fungsi
Tidak akan berarti sebuah Tim F1 mempunyai teknisi cuaca dan peralatan yang canggih untuk mendeteksi datangnya hujan, bila tidak ada kolaborasi dengan tim teknis lainnya.

Kecepatan penggantian ban di pit stop yang tidak sesuai dengan kondisi track tidak akan memberikan dampak apa-apa, bahkan tim sudah dipastikan menuju kekalahan.

Organisasi yang mempunyai fungsi-fungsi didalamnya juga perlu memandang penting kolaborasi. Silo dalam organisasi sangat berbahaya. Bisa dibayangkan bagaimana bagian operasional mengabaikan apa yang diminta bagian pemasaran. Padahal bagian pemasaran berhubungan langsung dengan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan.

Keputusan yang Terukur
Walaupun penggantian ban di pit stop hanya membutuhkan sepersekian detik saja, tapi selisih detik tersebut dalam lomba F1 sangat berarti. Dalam kondisi tertentu, dengan memperhatikan kondisi teknis lainnya, tim F1 tetap bisa memutuskan menggunakan ban kering saat terjadi hujan gerimis. Dengan pertimbangan akan kehilangan waktu saat mobil F1 harus masuk pit stop.

Organisasi dengan mempertimbangkan data yang ada, serta informasi yang akurat dengan mempertimbangkan momentum, tentu akan mengambil strategi yang terbaiknya.

Siapa sangka, dari lomba Formula 1 tersebut, kita bisa mengambil learning point di bidang manajerial. Di dunia yang serba tidak pasti, serba cepat, dan berbasis data, organisasi bergerak seperti tim F1.

Jadi, apakah organisasi Anda sudah punya radar cuaca sendiri?

Semoga bermanfaat.

O ya, tulisan ini merupakan tulisan saya yang kedua tentang F1, jangan lupa disimak juga ya.

Yuk mampir di blog saya lainnya di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *