Kisah Kehidupan Seorang Chef

Saya mengenal sosok Jon Favreau pertama kali ketika dia berperan sebagai pengawal pribadi Tony Stark dalam film Iron Man.

Hebatnya, dalam di film tersebut dia juga menjadi sutradaranya. Nah, ada satu film lagi yang disutradarainya. Berjudul CHEF.

Di film tersebut, ada juga para pemeran Avengers yaitu Scarlett Johansson dan Robert Downey, Jr. 

O ya, bagi yang belum menonton filmnya, sebaiknya nonton dulu. Spoiler alert.

Film drama-komedi satu ini memang mudah untuk dinikmati dan sarat dengan makna kehidupan.

Adalah tokoh utama, Carl Casper, seorang chef terkenal di sebuah resto. Hingga tiba saatnya dia bersitegang dengan Ramsey, sang kritikus kuliner.

Sikap Carl yang kurang pantas pun direkam dan di-share ke internet oleh para pengunjung restoran.

Kejadian tersebut menjadi viral dan ketenaran Carl sebagai chef menjadi taruhannya. Hingga akhirnya Carl, resign dari resto tersebut.

Hal ini membuat dirinya semakin terpuruk, karena hubungannya dengan istri dan anak laki-lakinya juga tidak terlalu baik.

Namun ada hikmah di balik kejadian itu. Carl menemui istri dan anak laki-lakinya. Hubungan ayah dan anak pun mulai terjalin. Bersama sahabatnya, Martin, Carl memutuskan untuk berjualan melalui food truck. El Jefe nama usahanya.

Ketenaran Carl sebagai chef dan kepiawaian putranya dalam menggunakan medsos membuat El Jefe menjadi viral. Dimana pun, food trucknya singgah, para pembeli pun antri.

Gairah hidupnya kembali bangkit. Hubungan keluarga pun terjalin kembali. Bahkan, Ramsey sang kritikus pun akhirnya berkolaborasi dengannya.

Begitu kira-kira resume film CHEF.

Di awal tulisan saya sampaikan bahwa film CHEF ini sarat dengan makna kehidupan.

Ada beberapa poin yang bisa saya ambil dari film tersebut. Termasuk poin dari sisi pribadi sendiri.

Pertama.
Entah kenapa, saya suka sekali dengan acara-acara bertema kuliner. Bahkan, saya pun berkeinginan untuk ambil kursus menjadi seorang chef. Nah, keinginan tersebut akhirnya klop dengan film yang satu ini. Sehingga saya menikmati film ini dari adegan awal sampai akhir.

Film CHEF ini pun tidak melulu berbicara tentang kuliner, tapi juga tentang hubungan emosional antar tokoh.

Kedua.
Film favorit saya adalah bergenre action. Nah, lantas kenapa saya juga menyukai genre drama-komedi seperti CHEF ini? Tentu ada alasannya.

Ketika saya mengambil tes Bahasa Inggris sebagai salah satu syarat melanjutkan studi di Australia, salah satu trik meningkatkan kemampuan kimunikasi khususnya listening adalah dengan menonton film bergenre drama tanpa subtitle. Trik itu memang ampuh. Segingga saat menonton CHEF, tanpa terjemahan pun bukan menjadi hambatan.

Ketiga.
Film ini memberikan nasehat kepada kita agar selalu menjaga perilaku kita. Apalagi kalau kita merupakan seorang public figure yang setiap saat gerak gerik kita diamati.

Dalam film ini, kita bisa lihat bagaimana tokoh Carl tidak mampu mengendalikan emosinya ketika berjumpa dengan seorang kritikus kuliner. Hal ini berimbas pada hengkangnya Carl dari resto.

Keempat.
Selalu ada kesempatan untuk bangkit. Melalui usaha kuliner food truk, Carl akhirnya bisa merajut kembali hubungan yang sempat renggang dengan istri dan anak laki-lakinya. Usahanya pun berkembang menjadi sebuah rumah makan.

Kelima.
Berhubungan baiklah dengan siapapun. Awalnya Carl berseteru dengan Ramsey. Namun, atas hubungan baik yang mereka jalani, mereka pun akhirnya berkolaborasi membuka sebuah rumah makan.

Demikian tulisan tentang film CHEF dan learning poin yang bisa diperoleh darinya.

Selamat menonton (tanpa subtitle ya).

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *