Pembelajaran Kompetitif: Menggunakan Kompetisi Sebagai Alat Pembelajaran dan Pengembangan


Gambar: Generated by AI

“You can’t look at the competition and say you’re going to do it better. You have to look at the competition and say you’re going to do it differently.”

~ Steve Jobs

Sore itu, hujan gerimis membasahi kota. Tetesan air hujan menciptakan nada berulang saat menyetuh trotoar jalan dan dedaunan sekitarnya. Seorang pria berlari kecil, menghindari genangan air yang mulai terbentuk. Jaketnya yang basah tidak mengurungkan niatnya untuk menuju sebuah kafe yang juga berfungsi sebagai working space. Sudah ada janji yang harus dipenuhi.

Bagaikan benteng yang diciptakan dari cuaca sore yang kurang bersahabat, kafe itu cocok untuk tempat berlindung. Beberapa orang tenggelam dalam laptopnya masing-masing dan sesekali terlibat obrolan ringan dengan teman kerjanya. Lonceng kecil yang berada di atas pintu berdenting, menandakan pria itu masuk ke kafe. Teman kerjanya yang sudah menunggu di dalam melambaikan tangan untuk menunjukan dimana pria itu itu akan duduk.

Ada project yang sedang mereka kerjakan. Uniknya dua orang tersebut, Anton dan Andi, adalah dua orang yang berasal dari dua perusahaan yang berbeda dan bahkan saling berkompetisi. Keduanya mendapat tugas dari perusahaannya masing-masing untuk bisa berkolaborasi. Belum lama mereka saling mengenal, tapi mereka memliki hobi yang sama yaitu menonton balapan mobil yang kompetitif: Formula 1.

Anton, pria yang baru datang, langsung bercerita tentang Grand Prix Australia yang berlangsung kemarin. Dia sangat antusias menceritakan bagaimana balapan seru tersebut akhirnya dimenangkan oleh Carlos Sainz. Tak kalah semangat, Andi juga kemudian berkomentar bagaimana Tim Ferarri bisa mendominasi dengan finis satu-dua, dengan Sainz di depan dan Leclerc di posisi kedua.

Kenapa pertandingan terasa lebih seru? Keduanya sepakat bahwa balapan tadi malam lebih kompetitif. Ketika race sebelumnya selalu Max Verstappen yang tampil sebagai pemenang, tapi tidak untuk balapan di Sirkuit Albert Park kali ini. Andi menambahkan bahwa itulah yang membuat balapan Formula F1 selalu menarik. Selalu ada dinamika tak terduga yang bisa mengubah race leader disetiap lap-nya.

*****

Percakapan kedua orang tersebut adalah tentang bagaimana kompetisi bisa memberikan energi bagi organisasi untuk menjadi yang lebih dari kompetitor. Tentu kita melihatnya ada dua sisi pengaruh dari kompetisi dalam ruang lingkup tim sebuah organisasi. Sisi negatifnya adalah kompetisi yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan tekanan dan konflik di antara anggota tim. Dalam artikel yang berjudul Overcoming Your Fear of Competition, Yang dan Chattopadhyay juga mengungkapkan bagaimana faktor psikologis juga akan mempengaruhi seseorang dalam memandang sebuah kompetisi.

Sedangkan di sisi lain kompetisi yang dikelola dengan baik dapat memberikan energi positif, meingkatkan produktivitas dan kolaborasi tim. Kompetisi yang dikelola dengan baik akan memberikan dorongan kepada anggota tim untuk terus berinovasi mencari cara bagaimana bisa meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Ketua Tim dalam organisasi selalu memberikan informasi bagaimana strategi kompetitor dijalankan dan peluang apa yang bisa dilakukan oleh tim. Seperti kutipan Steve Jobs di atas, tim akan think outside the box, menghasilkan ide atau pendekatan yang berbeda dari yang pernah ada. Efek postifnya tentu saja bukan hanya dirasakan oleh tim sendiri tapi bagi organisasi secara keseluruhan.

Kompetisi memang hadir bukan hanya persaingan antar organisasi saja. Pada ruang lingkup yang lebih kecil, kompetisi hadir juga di antara tim atau bahkan antar anggota tim. Tim bisa saling menilai bagaimana efektifitas kinerja timnya dibandingkan dengan tim yang lain dan bagaimana tim bisa menjadikan kompetisi sebagai pembelajaran yang bermanfaat. Antar anggota tim juga saling bersaing, dengan memperhatikan apa saja yang menjadi kelebihan dan kekuatan masing-masing individu. Peran ketua tim dalam hal ini memberikan mekanisme feed back yang tepat. Hal ini akan menjadi dasar untuk peningkatan yang berkelanjutan. Tentu yang menjadi catatan disini adalah, kita bicara tentang kompetisi yang sehat, bukan tentang saling menjatuhkan.

Layaknya kemenangan Sainz dan Leclerc, tim yang telah berhasil unggul dari kompetitornya akan memberikan kepuasan bagi masing-masing anggota tim. Dengan sendirinya, loyalitas anggota tim tentu akan meningkat. Namun, menjadi perhatian organisasi untuk tetap memberikan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang bagi anggota tim tersebut.

Meskipun secara umum kita melihat kompetisi sebagai persaingan antar organisasi, tim, atau antar anggota tim, bentuk kompetisi yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan kolaborasi. Dalam artikelnya, Bradenburger dan Nalebuff (The Rule of Co-opetition), kolaborasi bahkan bisa juga dilakukan pada organisasi yang saling berkompetisi untuk memperkuat daya saingnya. Ini seperti yang diceritakan pada tokoh cerita di atas, Anton dan Andi, berasal dari perusahaan yang saling berkompetisi .Secara sederhana, dalam artikel tersebut co-opetition merupakan salah satu cara untuk menghemat biaya dan menghindari adanya upaya yang berulang. Terkait kolaborasi ini, tentu akan menuntut adanya peningkatan keterampilan dari masing-masing individu seperti komunikasi atau hubungan interpersonal.

Kompetisi dalam organisasi atau tim, apabila dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber energi yang dapat meningkatkan kinerja. Melalui dorongan untuk selalu berinovasi, pembelajaran yang bermanfaat, kepuasan kerja, serta terbangunnya kolaborasi tim dan peningkatan keterampilan, menjadikan kompetisi bisa menjadi tools yang berguna bagi manajemen untuk mendorong pertumbuhan dan kesuksesan.

Semoga bermanfaat.

Referensi:
– https://hbr.org/2023/07/overcoming-your-fear-of-competition
– https://hbr.org/2021/01/the-rules-of-co-opetition

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *