Dulu, ketikan kakek masih kecil, di rumahnya ada empat pohon cengkih. Ayah kakek memeliharanya dengan baik sehingga tumbuh dengan subur.
Ada tambahan penghasilan buat keluarga itu bila pohon cengkih panen. Bahkan suatu kali keluarga kakek membeli baju lebaran menunggu hasil panen cengkihnya dibeli orang.
Ibu kakek pandai membuat kue kering. Bila membuat kue nastar untuk lebaran, rasanya kurang mantap kalau tidak diberi buah cengkih kering di atasnya.
Sayang, satu pohon cengkih harus ditumbang. Keluarga kakek membutuhkan ruang tambahan untuk dibangun kamar. Anak-anak sudah mulai besar.
Petualangan penuh imajinasi kakek kecil justru dimulai sejak pohon cengkih itu dirobohkan.
Pohon cengkih yang dipotong itu sangat besar, daunnya pun rimbun. Ayah kakek hanya punya waktu merapihkan atau memotong-motong batang dan dahan setelah pulang bekerja.
Alhasil pohon cengkih yang tumbang itu bagaikan hutan bagi kakek yang masih kecil.
Setiap pulang sekolah, kakek bermain di dekat pohon cengkih tumbang itu. Kakek menghayal sedang menjelajahi sebuah hutan.
Hari ini berperan seperti orang yang tersesat di tengah hutan. Mencari jejak untuk keluar.
Esoknya berperan sebagai seorang penolong yang khusus mencari orang-orang yang tersesat di hutan cengkih itu. Memahami tanda-tanda yang ditinggalkan oleh orang yang tersesat.
Petualangan pun berakhir ketika ayah kakek berhasil menyelesaikan tugasnya menyingkirkan sisa-sisa pohon tumbang.
#30DWC Day 06