Momen bahagia ketika mendapatkan kesempatan untuk pulang ke kampung halaman. Perjalanan darat 2 hari 1 malam tak terasa. Semua lelah hilang begitu pelukan kedua orang tua yang sudah sepuh menyambut kami.

Semoga Allah senantiasa menjaga keduanya.

Setiap kami pulang, ada hal menarik tentang sebuah rumah gedung bertingkat dua di dekat rumah kami. Puluhan tahun yang lama, gedung itu merupakan tempat usaha konveksi terbesar di sekitaran situ.

Orderan seperti spanduk, sablon kaos, seragam olahraga dan semacamnya tidak pernah berhenti masuk ke gedung tersebut. Kualitas kerja mereka pun bagus. Namun tidak akan pernah terbayangkan, bahwa beberapa tahun kemudian kejayaan itu mulai pudar dan akhirnya tumbang.

Pertanyaannya adalah apakah industrinya juga tumbang?
Tidak. Berkembang iya.

Mungkin kita semua sudah pernah membaca bagaimana beberapa perusahaan besar akhirnya tumbang. Sebut saja Kodak dan Nokia. Namun, kita tidak akan berdiskusi tentang itu. Kita ngobrol tentang perusahaan konveksi yang kita bicarakan tadi.

Kami menyebut konveksi ini tidak mampu berinovasi (terdengar seperti kelemahan perusahaan besar yang tumbang tadi). Ketika cetak digital mulai berkembang, seharusnya konveksi ini mulai memanfaatkan teknologi ini untuk membuat orderan spanduk. Spanduk yang dibuat manual membutuhkan waktu yang lama dan ragam desain yang terbatas.

Untuk urusan sablon, tentunya mereka bisa beralih ke sablon digital namun kompetensi inti mereka disablon manual bisa dikembangkan lebih jauh. Perkembangan dalam sablon manual yang memungkinkan hasil cetak yang lebih awet pun sudah diketemukan.

Satu lagi yang kami cermati, setelah pucuk pimpinan konveksi ini tiada, usaha semakin limbung. Visi yang dikumandangkan oleh sang founder akhirnya hilang begitu saja. Tidak ada generasi berikutnya.

Gedung berlantai dua tersebut itu pun hanya menjadi kenangan. Bahwa beberapa kaos komunitas yang pernah tergantung di lemari baju kami adalah saksi sejarah kedigdayaan sebuah usaha.

#30DWC Day 20