Sebuah pesan pendek mampir di smartphone sang anak. Isinya tentang ucapan selamat dari sang kakek. Kerabat yang terpisah ratusan kilometer menyampaikan kebanggaan bahwa cucunya telah berhasil lolos masuk ke Perguruan Tinggi.
Memang merupakan pesan pendek karena isinya bahkan sekitar 40 karakter. Sesimpel itu memang tetapi kalimatnya mengandung kekuatan yang bisa memberikan semangat luar biasa.
Mungkin sang cucu berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah “biasa saja”. Belajar di sekolah, mengambil les tambahan, ikut tes, dan lulus (tentu saja ada juga usaha disitu). Namun, bagi sang kakek hal itu merupakan sesuatu yang “luar biasa”. Sesuatu yang bisa meninggikan derajat anggota keluarganya.
Kisah di atas ternyata memberikan poin pelajaran kepada kita semua. Seperti halnya kebanyakan orang, kadangkala kita “malas” untuk mengerjakan sesuatu yang dipikir tidak memberikan “kontribusi” apapun kepada kita.
Padahal kalau kita menilik sejenak, kondisi super nyaman yang dimiliki memungkinkan kita untuk bisa menghasilkan sebuah karya.
Tentu saja, setelah merasakan kisah di atas, mari kita sepakat, jangan pernah lagi melewatkan waktu untuk tidak membuat sebuah karya.
Mentor saya pernah mengutip sebuah pernyatan, “teruslah berkarya, kita tidak akan pernah tahu karya mana yang nantinya menjadi sebuah mahakarya”.
Lalu, setelah akhirnya ada mahakarya yang kita peroleh, apapun itu bentuknya. Apakah sebuah penghargaan ataupun pencapaian prestasi, yakinlah bahwa mahakarya itu bukan hanya dirasakan oleh kita sendiri. Namun, alam semesta yang terhubung dengan kita pun akan ikut merasakan.
Nah, sekarang sudah tahu khan. Mari kita terus berkarya.
“Nak, aku bangga cucuku bisa meraih prestasi,” begitu bunyi pesan pendeknya.
Bandar Lampung, 10 Juni 2022