Pelajaran Kehidupan

Banyak hal yang saya alami ketika masih kecil ternyata memberikan pelajaran di masa yang akan datang. Bahkan pelajaran yang didapat tersebut bisa berguna dalam memahami perilaku sebuah organisasi.

Ayo kita simak.

Saya pernah menulis cerita tentang seorang kakek yang menceritakan masa kecilnya dengan daya imajinasinya menjadi seorang petualang. Sang kakek bermain di belakang rumahnya dimana terdapat pohon cengkih yang tumbang. Ukuran pohon yang besar bila dibandingkan dengan sang kakek yang masih kecil, menjadikannya seolah-olah berada di hutan belantara.

Pengalaman di waktu kecil seperti ini membentuk sebuah imajinasi yang tidak terbatas. Dalam sebuah organisasi, ketika dalam sebuah kasus pemecahan masalah, setiap anggota selalu didorong untuk berpikir out of the box. So, kebayangkan kalau Anda belum pernah berimajinasi sekalipun. Banyak kita temukan beberapa ide yang awalnya dianggap gila pada masanya kemudian semua orang menggunakan ide tersebut.

Sewaktu saya kecil, ibu saya berjualan es lilin. Tugas saya dan kakak saya adalah membawa beberapa icebox berkeliling ke warung-warung. Kami titipkan jualan kami. Sore hari kami mengambil icebox kembali berikut hasil dagangannya. Es lilin dibuat dengan air matang dan kualitas yang bagus, sehingga jualan kami setiap hari hampir ludes. Kalau tidak ludes, kami berdua yang menghabiskan es lilinnya. Warung-warung pun selalu menerima titipan jualan kami karena mutu es lilin dijamin bagus

Kami berdua diajarkan bagaimana ketika besar nanti kita harus mempunyai jiwa wirausaha. Mungkin sudah sering kita mendengar, jangan taruh sebuah investasi di satu tempat. Itulah yang kami lakukan dulu, menempatkan icebox di beberapa tempat. Mungkin di satu warung tidak laku, namun di warung lainnya sold out. Kami juga telah menerima pelajaran bahwa selalu memberikan yang terbaik sehingga bisa dipercaya dalam berusaha.

Kami sekeluarga setiap minggu sore punya aktivitas kuliner. Kami berkumpul di belakang rumah sambil menunggu ibu selesai masak nasi. Ayah membuat sambel di ulekan. Kami makan nasi hanya dengan sambal saja. Nasi di piring kami buat seperti bola, lalu sambil digenggam kami colek ke sambal di ulekan. Rasanya nikmat sekali. Walaupun tanpa lauk dan sambelnya pedas sekali.

Walaupun makan sesederhana itu, menjadikan pelajaran kepada kami bahwa yang namanya kebahagiaan adalah apa yang ada di pikiran kita. Dimanapun posisi kita saat ini dalam sebuah organisasi harus memberikan kebahagiaan kepada kita. Hal kecil apabila disyukuri, akan menjadi kesenangan yang luar biasa.

Ada hal unik di keluarga kami khususnya untuk menu sarapan. Setiap hari kami makan nasi dan lauknya adalah bakwan. Hal ini berlangsung terus menerus. Kami biasanya membeli di warung Mang Aja. Dia pun berinovasi dari bakwan yang acak-acakan sampai ke bakwan bulat yang dicetak dengan centong sayur. Dari sini kami pun menjadi paham bentuk-bentuk bakwan. Ada daging bakwan dan ada tulang bakwan. Tulang ini yang bila digigit keras sekali. Bukan garing.

Hal ini memberikan pelajaran kepada kami bahwa apabila sesuatu dilakukan secara terus menerus maka kita pun menjadi seorang spesialis. Seorang manajer, yang terbiasa menganalisis sebuah data, akan bisa mengetahui ada angka yang kurang pas dalam suatu tabel yang diberikan kepadanya. Ini membutuhkan pengalaman. Apalagi kalau manajer ini kecilnya makan bakwan :).

#30DWC Day 08

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *