Semangat

Saya tumbuh di era TV hitam putih. Apabila ada keluarga yang mempunyai TV jenis ini sudah merupakan sebuah indikator kemewahan tersendiri di zamannya.

Beramai-ramai kita menonton berita dari berbagai pelosok daerah dan dunia. Ada hiburan yang kami tunggu seperti Aneka Ria Safari, Ria Jenaka, dan film keluarga seperti Little House on the Prairie.

Melihat anak-anaknya, harus berjalan jauh untuk menikmati sebuah tayangan TV, ayah kami pun semangat bekerja.

Setelah cukup lama menumpang untuk nonton bersama, akhirnya keluarga kami memiliki satu unit TV hitam putih tersebut.

TV set yang kami miliki mempunyai wadah. Bila ingin menyalakannya, kami membuka tirainya terlebih dahulu. Demikian saat kami ingin mematikannya.

Bila kami ingin mematikannya kami menutup tirainya. Tentunya saja, Belum ada remote di zaman itu.

Ada kebahagian tersendiri saat itu. Ketika acara televisi selesai, saya selalu mengajukan diri secara sukarela untuk menutup TV. Dikarenakan tidak ada lagi siaran, di layar terlihat gambar “semut berkerumun”. Ayahku bilang bahwa itu adalah petinju legendaris Muhammad Ali yang dikerubungi penggemarnya. Saya sangat menyukai momen itu.

Ayah pun senang melihat kami menayukuri kebahagian kecil dalam bekerja. Beliau pun semangat untuk meningkatkan prestasi kerjanya.

#30DWC Day 22

Suatu saat terdengar dari tetangga sebelah bahwa sekarang di toko elektronik ada yang menjual lapisan layar yang bisa membuat TV menjadi berwarna. Kami pun berbondong-bondong ingin melihatnya. Kami tertarik dan membelinya.

Jreng. Jreng.

TV hitam putih kami pun menjadi berwarna. Tapi warnanya statis. Tidak bergerak sama sekali. Itu hanya lembaran berwarna yang ketika ditempel di TV, seolah gambarnya menjadi berwarna warni.

Not bad. Sudah cukup membuat kami bahagia saat itu.

#30DWC Day 22

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *